Friday, September 14, 2018

10 Wasiat Sunan Kalijaga

 


Sunan kalijaga adalah pemimpin wali songo kerana beliau mempunyai karamah yang begitu luar biasa. Lahir di Indonesia pada tahun 1450. Nama sebenarnya ialah Raden Mas Said.
Berikut ini isi nasihat berharga dari beliau yang layak kita renungkan dan kita jalankan dalam kehidupan kita, jika kita mendambakan kehidupan yang selamat baik di dunia maupun di akhirat :
Pertama, Urip Iku Urup, yang bermakna Hidup itu Nyala. Maka hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Karena semakin besar manfaat yang bisa kita berikan, tentu akan lebih baik. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Kedua, Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro, yang bermakna bahwa manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak. Hal ini dimaksudkan agar setiap manusia turut berperan sebagai penyelamat bumi, langit dan seisinya, termasuk juga keselamatan dan keamanan segala makhluk yang hidup di dalamnya.
Ketiga, Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti, yang bermakna bahwa

segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya akan bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. Maka manusia hendaknya lebih mengutamakan akhlakul karimah, tidak hidup di bumi dengan bersikap sombong dan tidak gemar membuat kerusakan di atasnya.

Keempat, Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho, yang bermakna bahwa manusia harus tetap berjuang meski tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan. Itulah modal manusia dalam hidup, yang senantiasa menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaannya sebagai anugerah kodrati dari Tuhan.
Kelima, Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, yang bermakna

hendaknya manusia jangan gampang sakit hati dan ciut nyali manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala dirinya kehilangan sesuatu. Karena manusia mesti senantiasa sadar, bahwa semua hanya milik-Nya. Dialah Sang Pemilik Sejati, sementara dirinya hanya semata si penerima titipan belaka.

Keenam, Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman, yang bermakna hendaknya manusia jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut dan kaget; Juga jangan mudah kolokan, cengeng atau manja. Sebaliknya, manusia mesti tak mudah euforia di kala senang dan tidak pula histeria di kala sedih, melainkan harus tetap tenang dan tegar dalam segala keadaan.
Ketujuh, Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, yang bermakna hendaknya manusia jangan terlampau terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi. Karena sejatinya semua itu, ibarat hanya senda-gurau belaka.
Kelapan, Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka, yang bermakna bahwa hendaknya manusia jangan sok merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar dirinya tidak celaka. Manusia mesti selalu ingat bahwa hanya Tuhanlah yang Maha Tahu, sementara dirinya hanya mendapatkan karunia kepandaian dan ilmu tak lebih dari seujung kuku saja. Karena itu, sudah selayaknya manusia hidup berlaku jujur dan senantiasa teguh di jalan kebenaran.
Kesembilan, Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, yang bermakna hendaknya manusia jangan gampang tergoda dan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah; Jangan berpikir mendua agar tidak malah kendor niat dan semangatnya dalam berkarya. Maka manusia harus hidup qanaah dan bersahaja, merasa cukup dengan apa yang memang benar-benar dibutuhkannya. Sedangkan dalam berikhtiar dan berupaya hendaknya dia tetap fokus dan tidak mendua.
Kesepuluh, Ojo Adigang, Adigung, Adiguno, yang bermakna hendaknya manusia jangan berwatak sok kuasa, sok besar, sok sakti dan sok-sok lainnya. Karena seperti kata pepatah, di atas langit masih ada langit. Dan sesungguhnya, pakaian kesombongan itu hanya Tuhan yang pantas memakainya, bukan manusia yang sejatinya adalah budak yang tak kuasa dan hamba yang penuh cacat dan cela.

No comments:

Post a Comment